Kembali ke Alam: Penggunaan Obat Herbal Meningkat di Indonesia dan Dunia

Posted By admin | 28 Apr 2025

Oleh: Muhammad Seto Sudirman, M. Si, Med

Jurusan Farmasi

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan obat herbal telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Masyarakat kini semakin beralih ke solusi alami untuk mengobati berbagai penyakit, dengan banyak yang kembali memanfaatkan ramuan tradisional. Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa hingga 80% penduduk negara berkembang dan 65% penduduk negara maju telah menggunakan obat herbal dalam pengobatan mereka.Penggunaan obat herbal di Indonesia, khususnya jamu, telah menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi. Jamu tidak hanya digunakan untuk pengobatan, tetapi juga untuk perawatan tubuh secara keseluruhan.
Dalam survei nasional pada tahun 2000, hanya 15,6% masyarakat yang menggunakan obat tradisional, namun angka ini melonjak menjadi 31,7% pada tahun 2001. Peningkatan ini mendorong industri farmasi di Indonesia untuk memproduksi lebih banyak obat tradisional, dengan jumlah perusahaan yang terdaftar meningkat dari 16 pada tahun 2002 menjadi 82 pada tahun berikutnya.Namun, meskipun popularitas obat herbal semakin meningkat, tantangan besar tetap ada. Penelitian mengenai keamanan dan efektivitas obat herbal masih tergolong minim, dengan banyak penelitian yang belum dilakukan secara sistematis. Uji klinis yang diperlukan untuk membuktikan khasiat obat herbal sering kali memerlukan biaya besar dan waktu yang lama. Badan POM telah berupaya untuk memetakan penelitian obat herbal dan menetapkan sembilan spesies tanaman unggulan untuk diteliti lebih lanjut, termasuk kunyit, jahe, dan sambiloto.

Untuk menghadapi tantangan ini, pendidikan di bidang farmasi herbal menjadi sangat penting. Banyak mahasiswa yang tertarik untuk melanjutkan pendidikan mereka di Poltekkes Pangkalpinang, di mana mereka dapat mempelajari lebih dalam tentang pengobatan herbal. Program ini menawarkan pelajaran tentang budidaya, pengujian, dan pengembangan obat herbal, memberikan keterampilan praktis yang diperlukan untuk berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan obat herbal di masa depan. Dengan semakin banyaknya penelitian dan pengembangan, diharapkan obat herbal dapat menjadi alternatif yang efektif dalam dunia kesehatan modern, berkolaborasi dengan pengobatan konvensional untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Masyarakat diharapkan dapat lebih memahami dan menghargai manfaat dari obat herbal, menjadikannya sebagai bagian integral dari pengobatan yang lebih berkelanjutan dan alami. Dengan demikian, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan melanjutkan studi di bidang farmasi di Poltekkes Pangkalpinang. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, Anda dapat berkontribusi dalam pengembangan obat herbal yang aman dan efektif, serta membantu masyarakat mengakses solusi kesehatan yang lebih alami. Sebagai penutup, penggunaan obat herbal bukan hanya sekadar kembali ke alam, tetapi juga merupakan langkah menuju pengobatan yang lebih berkelanjutan dan alami. Dengan dukungan pendidikan dan penelitian yang kuat, masa depan obat herbal di Indonesia tampak cerah.

Sumber Informasi

Departemen Kesehatan RI. (2000). Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Dewoto, H.R. (2007). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, 57(7). Hargono, D. (1999). Mengikuti Jalannya Perkembangan Obat Tradisional. Media Litbangkes Edisi Khusus "Obat Asli Indonesia", 8(4).

Jumiarni, W.O dan Komalasari, O. (2017). Eksplorasi Jenis dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Munia di Permukiman Kota Wuna. Trad. Med. J., 22(1), Hal. 45-56.

Moeloek, F.A. (2006). Herbal and traditional medicine: National perspectives and policies in Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 5(1):293-97

 

Back to Nature: Herbal Medicine Use is Increasing in Indonesia and the World

By: Muhammad Seto Sudirman, M. Si, Med

Department of Pharmacy

In recent years, the use of herbal medicine has increased significantly throughout the world, including Indonesia. People are increasingly turning to natural solutions to treat various diseases, with many returning to traditional herbs. Data from the World Health Organization (WHO) shows that up to 80% of the population of developing countries and 65% of the population of developed countries have used herbal medicine in their treatment. The use of herbal medicine in Indonesia, especially jamu, has become an integral part of culture and tradition. Jamu is not only used for treatment, but also for overall body care. In a national survey in 2000, only 15.6% of the population used traditional medicine, but this figure jumped to 31.7% in 2001. This increase has encouraged the pharmaceutical industry in Indonesia to produce more traditional medicines, with the number of registered companies increasing from 16 in 2002 to 82 the following year. However, despite the increasing popularity of herbal medicine, major challenges remain. Research into the safety and effectiveness of herbal medicines is still relatively minimal, with many studies not being conducted systematically. Clinical trials required to prove the efficacy of herbal medicines are often costly and time-consuming. The POM Agency has attempted to map herbal medicine research and has designated nine superior plant species for further research, including turmeric, ginger, and sambiloto.

To meet this challenge, education in herbal pharmacy is essential. Many students are interested in continuing their education at Poltekkes Pangkalpinang, where they can learn more about herbal medicine. The program offers lessons on the cultivation, testing, and development of herbal medicines, providing the practical skills needed to contribute to future herbal medicine research and development.

With increasing research and development, it is hoped that herbal medicine can become an effective alternative in the modern health world, collaborating with conventional medicine to provide optimal health services. The public is expected to better understand and appreciate the benefits of herbal medicine, making it an integral part of a more sustainable and natural treatment.

Thus, now is the right time to consider continuing their studies in pharmacy at Poltekkes Pangkalpinang. With the right knowledge and skills, you can contribute to the development of safe and effective herbal medicines, and help people access more natural health solutions. In closing, the use of herbal medicines is not just a return to nature, but also a step towards more sustainable and natural medicine. With strong education and research support, the future of herbal medicine in Indonesia looks bright.

 

References

Departemen Kesehatan RI. (2000). Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Dewoto, H.R. (2007). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, 57(7). Hargono, D. (1999). Mengikuti Jalannya Perkembangan Obat Tradisional. Media Litbangkes Edisi Khusus "Obat Asli Indonesia", 8(4).

Jumiarni, W.O dan Komalasari, O. (2017). Eksplorasi Jenis dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Munia di Permukiman Kota Wuna. Trad. Med. J., 22(1), Hal. 45-56.

Moeloek, F.A. (2006). Herbal and traditional medicine: National perspectives and policies in Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 5(1):293-97