IN HOUSE TRAINING FOR NURSING TERAPI KOMPLEMENTER BEKAM DALAM INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

Posted By admin | 13 Jun 2024

Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang telah melaksanakan kegiatan In House Training for Nursing yang berjudul Terapi Komplementer Bekam Dalam Intervensi Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus pada Kamis - Jumat, 13-14 Juni 2024. Peserta dalam kegiatan ini yaitu seluruh Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang. Kegiatan di selenggarakan di Aula Lt. 3 Gedung A Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang, Ketua Jurusan Keperawatan, Erni Chaerani, S.Pd., MKM mengatakan bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk membekali para tenaga pendidik dan kependidikan mengenai salah satu jenis terapi komplementer khususnya bekam. “Bedasarkan jurnal-jurnal evidence based practice, bekam terbukti efektif sebagai salah satu tindakan preventif dan promotif dari berbagai macam penyakit seperti kolesterol, asam urat, dan bahkan badan pegal-pegal” - jelas Erni. Hal tersebut di benarkan oleh pemateri In House Training yaitu Ns. Aris Setyawan, S.Kep., MHPE. Beliau mengatakan bahwa bekam juga dapat menjadi tindakan rehabilitatif. “Pasien saya ada yang mengalami gagal ginjal kronik, dengan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi, rutin di bekam selama 3 bulan, setelah itu saat cek lab lagi, turun nilai kadar ureum dan kreatininnya” – ucap Aris.

Pada hari pertama, kegiatan diisi dengan materi mengenai sejarah bekam, anatomi dan fisiologi tubuh manusia, konsep sehat dan sakit, standar operasional prosedur bekam serta kesehatan dan keselamatan kerja termasuk kedalamnya prinsip sterilisasi alat-alat bekam. Selain itu dibahas juga mengenai tatalaksana terapi bekam berdasarkan konsep keperawatan terutama untuk pasien diabetes mellitus. “Terapi Bekam sudah masuk ke dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), yang artinya memang sudah di akui bisa menjadi salah satu intervensi keperawatan untuk menangani suatu penyakit. Bekam juga terbukti efektif dalam membantu menurunkan kadar gula darah pada pasien dengan Diabetes Mellitus. Saya juga memiliki pasien dengan Diabetes Melitus yang rutin berbekam, dan gula darahnya cenderung stabil” - jelas Aris. Namun Aris menjelaskan bahwa ada beberapa poin penting yang harus di cermati jika hendak melakukan bekam pada pasien diabetes mellitus. “Kita sudah mengetahui patofisiologi dari penyakit DM, sehingga kita juga paham bahwa pasien DM memiliki sifat jika memiliki luka sulit sembuh, terutama di bagian akral seperti kaki. Sehingga untuk pasien bekam, wajib hukumnya membekam di area sekitar jantung, tidak boleh membekam di area kaki. Selain itu usahakan maksimal 5 titik saja, untuk meminlimalisir terjadi perlukaan pada pasien DM”.

Aris mengatakan bahwa untuk mempraktikan bekam, diperlukan pemikiran kritis dan kemampuan untuk menentukan titik-titik penting yang memang aman dan perlu untuk di bekam. “Poin penting dalam membekam itu adalah menentukan titik yang memang harus di bekam. Kita sebelumnya harus paham dahulu mengenai patofisiologi penyakitnya, mempertimbangkan keluhan-keluhan yang disampaikan pasien. Lalu menganilisis titik yang perlu di bekam berdasarkan panduan titik bekam. Usahakan titik yang di bekam adalah titik yang bisa mengurangi keluhan nyata dan yang sedang terjadi pada pasien. Lebih baik melakukan bekam dengan titik bekam sedikit namun rutin, daripada melakukan bekam dengan titik bekam yang banyak namun hanya sesekali.” - jelas Aris.

 

Di hari kedua, setiap peserta di berikan kasus untuk di analisis bersama mengenai titik mana yang harus di bekam berdasarkan keluhan, Setelah berdiskusi mengenai kasus, seluruh peserta in house training diminta untuk melakukan praktik terapi bekam. Sebelumnya, narasumber melakukan demonstrasi terlebih dahulu yang dimulai dari pengkajian mengenai keluhan pasien, implementasi bekam dan evaluasi. Ada beberapa teknik bekam yang sering di lakukan berdasarkan panduan, namun teknik bekam yang di demonstrasikan oleh narasumber yaitu bekam basah dengan langkah Cupping-Puncture-Cupping. Setelah itu, setiap peserta diminta untuk langsung melakukan praktik bekam dengan pasien masing-masing minimal 5 titik. Ketua pelaksana kegiatan yaitu Ns. Dudella Desnani Firman Yasin, S.Kep., M.Kep mengatakan bahwa ada tantangan dalam melakukan praktik bekam ini. “Sebetulnya tindakan bekam ini tidak terlalu sulit, tidak seperti melakukan tindakan hecting atau pemasangan CVC yang memerlukan keterampilan khusus, namun jika belum terbiasa agak tricky juga, karena saat kita melakukan cupping, jika tarikan kurang kuat, cup nya terjatuh, jika terlalu kuat maka pasien kesakitan. Selain itu, saat melakukan puncture atau penusukan, jika terlalu dalam maka mengenai vena, sehingga darah yang keluar terlalu banyak, dan itu sebetulnya tidak boleh, jika terlalu dangkal, darah kotornya tidak keluar, dan malah hanya memberikan rasa sakit pada pasien. Maka harus benar-benar tepat dalam melakukan tindakan bekam ini” - ucap Dudella.

 

Secara garis besar, kegiatan berjalan dengan baik tanpa hambatan yang berarti. Seluruh peserta mengikuti kegiatan ini dengan antusias sampai akhir. Aris mengatakan, diharapkan setelah mengikuti in house training ini, setiap peserta dapat mengaplikasikan ilmu bekamnya dalam kehidupan sehari-hari. “Jangan lupa setelah melakukan bekam, alat harus di cuci bersih dan di sterilkan, karena rawan terjadi penularan penyakit terutama pada bekam basah, karena kita menusuk dan mengeluarkan darah pasien. Dan beritahu juga pada pasien kita agar jangan mandi minimal 2 jam pasca bekam dan jangan makan-makanan berlemak terlebih dahulu” pungkas Aris.