WORKSHOP “HOLISTIC NURSING CARE : HYPNOTHERAPY DALAM ASUHAN KEPERAWATAN”

Posted By admin | 02 Jul 2024

Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang telah melaksanakan kegiatan Workshop yang berjudul “Holistic Nursing Care : Hypnotherapy Dalam Asuhan Keperawatan” pada Senin - Selasa, 01 - 02 Juli 2024. Peserta dalam kegiatan ini yaitu seluruh civitas akademika Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang yang terdiri dari Dosen, Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) dan seluruh mahasiswa tingkat I, II dan III. Kegiatan di selenggarakan di Aula Lt. 3 Gedung Layanan Pendidikan (Direktorat) Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang. Ketua Jurusan Keperawatan, Erni Chaerani, S.Pd., MKM menjelaskan alasannya menyelenggarakan kegiatan ini karena ingin mengenalkan kepada mahasiswa mengenai terapi komplementer hypnoterapy. “Selama ini kita sudah sering mendengar salah satu intervensi keperawatan yaitu teknik relaksasi – distraksi untuk mengurangi nyeri. Untuk dapat membimbing pasien agar bisa masuk kedalam fase relaksasi dan terdistraksi dari rasa sakitnya, teknik yang bisa digunakan yaitu hipnosis. Hipnosis telah terbukti menjadi alat yang efektif dalam pengelolaan nyeri, baik dalam konteks klinis maupun non-klinis berdasarkan riset evidence based practice”- jelas Erni. Narasumber dari kegiatan workshop ini, Nadi Aprilyadi, S.Sos., S.Kep., M.Kes menambahkan bahwa manfaat dari hipnosis selain untuk manajemen nyeri, bisa juga untuk mengelola stress, kecemasan dan emosi, membantu relaksasi untuk tidur dan juga untuk menignkatkan kepatuhan pada pasien. “Jika kita hendak melakukan intervensi pada pasien, akan lebih mudah jika pasien mau bekerjasama dengan kita. Dengan hipnosis, kita dapat meningkatkan kepatuhan pasien menjalankan pengobatan, sehingga tujuan dari pengobatan dapat tercapai sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan” – jelas Nadi.

Pada hari pertama, kegiatan diisi dengan teori mengenai pengenalan hipnosis, dasar-dasar hipnosis, aplikasi hipnosis dalam keperawatan, etika dan tanggung jawab dalam praktik hipnosis keperawatan dan penerapan hipnosis dalam praktik keperawatan. Narasumber juga melakukan demonstrasi praktik hipnosis dengan menghipnotis para peserta kegiatan. Kemudian di hari kedua, setiap mahasiswa melakukan praktik hipnosis dengan teman masing-masing di pandu oleh narasumber kegiatan.

Dalam paparan materinya, Nadi mengatakan tidak semua orang mudah untuk di hipnosis. “Untuk memasuki kondisi hipnotik, ada yang memerlukan waktu khusus, membutuhkan situasi atau kondisi khusus dan membutuhkan teknik khusus. Maka dari itu, sebelum melakukan hipnotik alangkah baiknya kita melakukan tes sugesti. Tes ini dilakukan dengan memberi serangkaian sugesti sederhana kepada subyek untuk mengetahui seberapa mudah atau sulit subyek merespon sugesti-sugesti tersebut” – jelas Nadi.

Selanjutnya, Nadi menjelaskan bahwa teknik hipnotik yang umum terdiri dari 5 tahap. “Teknik hipnosis itu ada 5 tahap, dimulai dari pre-induksi, yaitu pengkajian dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan pasien dan mengeksplor kemampuan pasien menerima hipnotik. Selanjutnya induksi, yaitu langkah teknis untuk memandu pasien memasuki kondisi hipnotik. Setelah pasien masuk kedalam kondisi hipnotik, maka dilakukan teknik deepening (pendalaman) untuk memasuki kondisi hipnotik lebih dalam. Dalam kondisi deepening, dapat dilakukan depth level test, yaitu suatu test untuk mengukur kedalaman trance atau kondisi hipnosis, bisa dilakukan dengan cara memberikan perintah langsung pada pasien. Jika pasien dengan mudah menuruti arahan, maka masuk ke tahap selanjutnya yaitu sugesti, dimana dalam tahap ini pasien diberikan sugesti-sugesti positif untuk kesembuhan (theurapetic suggestion). Tahapan terkahir yaitu terminasi, yaitu langkah teknis untuk mengembalikan subyek kembali ke kondisi normal. Langkah ini harus dilakukan secara bertahap tetapi tegas misalnya dengan menghitung angka dari satu sampai lima sambil mengajak subyek semakin segar dan sehat” - jelas Nadi.

Ketua pelaksana kegiatan, Ns. Tajudin, S.Kep., MM mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat untuk peserta kegiatan. “Mahasiswa perlu untuk diberikan pembekalan materi seperti ini, dikarenakan sebagai perawat fokus kita bukan terapi farmakologi atau obat-obatan, melainkan terapi non farmakologi seperti terapi komplementer. Kebetulan saya mengajar Keperawatan Jiwa, dalam lingkup keperawatan jiwa, penting sekali menguasai tindakan hipnosis dalam menangani pasien-pasien jiwa, agar mereka bisa lebih tenang dan koorperatif sehingga memudahkan kita dalam memberikan asuhan keperawatan” – jelas Tajudin. Nadi pun membenarkan penjelasan dari Tajudin. “Ingat ya, kemampuan menghipnotis ini bisa memberikan manfaat atau mudarat, tergantung bagaimana kita mengaplikasikannya. Kita belajar hipnotis sekarang dengan tujuan untuk membantu kesembuhan pasien, bukan untuk macam-macam ya” pungkas Nadi.